Kebahagiaan, sejatinya bukanlah dari orang lain, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Maka ada benarnya ungkapan yang mengatakan “Bila ingin berbahagia, maka berbahagialah! Dengan hidup sederhanapun, nikmatilah!”
Hidup sederhana sebetulnya merupakan bagian dari esensi
kehidupan anak manusia yang ingin menggapai kebahagiaan. Sedehana disini
berarti : sedang, tidak berlebih-lebihan atau bisa diartikan bersahaja. Dan
kesederhanaan merupakan sikap hidup yang mulia, yang memuat sifat qana’ah,
sabar, realistis dan sebagainya. Maka dengan demikian, hidup yang sederhana
adalah hidup yang jauh dari gaya hidup yang glamour, mewah, boros, dan
sebagainya.
Ambil saja sebuah contoh kehidupan Rasulullah SAW. Meski
beliau sudah sedemikian tinggi martabatnya, hidupnya sangat sederhana. Beliau
mengendarai keledai (himar) dengan berlapakkan selembar kain dan kadang-kadang
dengan membonceng ke orang lain. Dalam keluarga, beliau suka menolong
menyelesaikan pekerjaan keluarga. Beliau suka menjahit terompahnya sendiri,
menambal pakaiannya yang sobek, dan sebagainya, yang menggambarkan
kesederhanaan hidup beliau, yang patut diteladani.
Berikut adalah sikap hidup yang harus dimiliki oleh
orang-orang yang menjalani kehidupan yang sederhana sebagaimana yang dijalani
oleh Rasulullah SAW.
- Bersikap Qana’ah
Hidup sederhana adalah hidupnya
orang qana’ah, artinya ridha (tenang) dengan sedikitnya pemberian dari Allah.
Orang yang mempunyai sifat qana’ah adalah orang yang menerima apa saja yang
telah dianugerhakan Allah SWT kepadanya. Ia tidak akan tergiur dan sakit hati
bila orang lain menerima nikmat yang melebihi apa yang ada padanya.
Ia sudah merasa cukup dengan apa
yang ada, bukan lantaran pasrah, melainkan telah berusaha menyempurnakan usaha.
Dia termasuk kategori orang yang cukup (kaya hati), karena pada hakekatnya
kekayaan itu bukanlah tergantung pada banyaknya harta (fasilitas) dan,
melainkan sifat menerima (nrimo ing
pandum). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Bukanlah kekayaan itu lantaran
banyak harta, tetapi kekayaan jiwa.” (Al Hadist)
- Bersikap Tawadhu’
Hidup sederhana adalah hidupnya
orang yang tawadhu’ (rendah hati). Orang yang rendah hati jauh dari sifat
membeda-bedakan golongan, status sosial, ataupun berbagai bentuk atribut lainnya. Karena ia
menyadari bahwa betapapun besarnya dia, masih terdapat kekurangannya. Ia mau
mengakui kelebihan orang lain, jauh dari sifat gila hormat, ambisi pangkat atau
jabatan serta sifat-sifat rendah lainnya.
Mereka tidak mau menonjolkan diri
dalam pergaulan (dalam arti negatif), sekalipun ia mempunyai kelebihan atau
kemampuan. Karena ia tahu bagaimana harus menghargai dan menghormati orang
lain. Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka
niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Abu Na’im yang bersumber dari
Abu Hurairah)
- Bersabar
Hidup sederhana adalah hidupnya
orang sabar. Hampir bisa dipastikan bahwa semua orang pernah merasa susah,
sedih dan kecewa, baik ringan maupun berat, baik dalam urusan pribadi atau
dengan orang lain. Maka menghadai problematika kehidupan ini hendaknya dengan
penuh kesabaran.
Tak akan pernah ada kebahagiaan
tanpa perjuangan dan taka da perjuangan tanpa kesabaran. Oleh sebab itu, jalan
terbaik untuk keluar dari suatu kesulitan, bkanlah lari menghindar dari
kesulitan, akan tetapi menghadapi dan mengatasinya secara bijak, tenang dan
tawakal.
- Berprasangka Baik
Hidup sederhana adalah hidupnya
orang yang bersikap husnu-zhan (berprasangka baik). Apapun yang terjadi, sebaiknya
dihadapi dengan legawa (ikhlas) serta berprasngka baik kepada Allah SWT. Karena
kejengkelan atau prasangka buruk apapun tidak akan mengubah keadaan atau
menyelesaikan masalah, bahkan menambah serentetan kekecewaan.
Berburuk sangka itu lebih bersifat
subyektif, sedangkan kewaspadaan (secara obyektif) pada saatnya memang
diperlukan dengan didasari suatu alasan yang logis, kalau perlu didukung dengan
fakta atau alasan yang rasional (mendasar). Oleh karena itu, berbaik sangka
adalah suatu jawaban yang bijaksana sebagai seorang yang berakhlak mulia. Allah
SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui sedang kamu tidak menegetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
- Bersikap realistis dan Proposional
Hidup sederhana adalah hidupnya
orang realistis dan proposional, artinya menyelaraskan antara kebutuhan atau
keinginan dengan kemampuan secara proposional. Ada pepatah yang mengatakan:
“Jangan lebih besar pasak daripada tiang”. Bersikaplah yang sedang-sedang saja,
tidak boros dan juga tidak kikir.
“Jangan hitung anak ayam anda
sebelum menetas”. Hal ini artinya agar kita berhati-hati dalam segala sesuatu
yang belum pasti terjadi. Demikian halnya dengan membuat suatu keputusan dalam
hidup.
- Gigih Berusaha
Hidup sederhana adalah hidupnya
orang gigih berusaha. Ia dapat meletakkan usahanya pada tempat sebagaimana
mestinya. Bukan sebagaimana disinyalir oleh kebanyakan orang, kesederhanaan,
identik dengan kurangnya spirit atau usaha. Artinya bahwa ketika berusaha
hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana dikatakan oleh seorang
penghipnotis kondang, Master Silfer: “Hiduplah setiap hari, meskipun hari itu
hari yang terakhir.”
Jadi, dalam kesederhanaan memang tidak sesederhana dan
semudah yang dibayangkan orang. Kendatipun demikian, setidaknya sebagai upaya
mengantarkan kita dalam mewujudkan keluarga yang bahagia di duni dan akhirat.
Ust. Kuspriyanto, S.IP