Pages

Ads 468x60px

Rabu, 05 Juni 2013

Kebahagiaan Dalam Kesederhanaan Hidup




Kebahagiaan, sejatinya bukanlah dari orang lain, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Maka ada benarnya ungkapan yang mengatakan “Bila ingin berbahagia, maka berbahagialah! Dengan hidup sederhanapun, nikmatilah!”

Hidup sederhana sebetulnya merupakan bagian dari esensi kehidupan anak manusia yang ingin menggapai kebahagiaan. Sedehana disini berarti : sedang, tidak berlebih-lebihan atau bisa diartikan bersahaja. Dan kesederhanaan merupakan sikap hidup yang mulia, yang memuat sifat qana’ah, sabar, realistis dan sebagainya. Maka dengan demikian, hidup yang sederhana adalah hidup yang jauh dari gaya hidup yang glamour, mewah, boros, dan sebagainya.

Ambil saja sebuah contoh kehidupan Rasulullah SAW. Meski beliau sudah sedemikian tinggi martabatnya, hidupnya sangat sederhana. Beliau mengendarai keledai (himar) dengan berlapakkan selembar kain dan kadang-kadang dengan membonceng ke orang lain. Dalam keluarga, beliau suka menolong menyelesaikan pekerjaan keluarga. Beliau suka menjahit terompahnya sendiri, menambal pakaiannya yang sobek, dan sebagainya, yang menggambarkan kesederhanaan hidup beliau, yang patut diteladani.

Berikut adalah sikap hidup yang harus dimiliki oleh orang-orang yang menjalani kehidupan yang sederhana sebagaimana yang dijalani oleh Rasulullah SAW.

  1. Bersikap Qana’ah
Hidup sederhana adalah hidupnya orang qana’ah, artinya ridha (tenang) dengan sedikitnya pemberian dari Allah. Orang yang mempunyai sifat qana’ah adalah orang yang menerima apa saja yang telah dianugerhakan Allah SWT kepadanya. Ia tidak akan tergiur dan sakit hati bila orang lain menerima nikmat yang melebihi apa yang ada padanya.

Ia sudah merasa cukup dengan apa yang ada, bukan lantaran pasrah, melainkan telah berusaha menyempurnakan usaha. Dia termasuk kategori orang yang cukup (kaya hati), karena pada hakekatnya kekayaan itu bukanlah tergantung pada banyaknya harta (fasilitas) dan, melainkan sifat menerima (nrimo ing pandum). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, tetapi kekayaan jiwa.” (Al Hadist) 

  1. Bersikap Tawadhu’
Hidup sederhana adalah hidupnya orang yang tawadhu’ (rendah hati). Orang yang rendah hati jauh dari sifat membeda-bedakan golongan, status sosial, ataupun  berbagai bentuk atribut lainnya. Karena ia menyadari bahwa betapapun besarnya dia, masih terdapat kekurangannya. Ia mau mengakui kelebihan orang lain, jauh dari sifat gila hormat, ambisi pangkat atau jabatan serta sifat-sifat rendah lainnya.

Mereka tidak mau menonjolkan diri dalam pergaulan (dalam arti negatif), sekalipun ia mempunyai kelebihan atau kemampuan. Karena ia tahu bagaimana harus menghargai dan menghormati orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Abu Na’im yang bersumber dari Abu Hurairah)  

  1. Bersabar
Hidup sederhana adalah hidupnya orang sabar. Hampir bisa dipastikan bahwa semua orang pernah merasa susah, sedih dan kecewa, baik ringan maupun berat, baik dalam urusan pribadi atau dengan orang lain. Maka menghadai problematika kehidupan ini hendaknya dengan penuh kesabaran.

Tak akan pernah ada kebahagiaan tanpa perjuangan dan taka da perjuangan tanpa kesabaran. Oleh sebab itu, jalan terbaik untuk keluar dari suatu kesulitan, bkanlah lari menghindar dari kesulitan, akan tetapi menghadapi dan mengatasinya secara bijak, tenang dan tawakal. 

  1. Berprasangka Baik
Hidup sederhana adalah hidupnya orang yang bersikap husnu-zhan (berprasangka baik). Apapun yang terjadi, sebaiknya dihadapi dengan legawa (ikhlas) serta berprasngka baik kepada Allah SWT. Karena kejengkelan atau prasangka buruk apapun tidak akan mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah, bahkan menambah serentetan kekecewaan.

Berburuk sangka itu lebih bersifat subyektif, sedangkan kewaspadaan (secara obyektif) pada saatnya memang diperlukan dengan didasari suatu alasan yang logis, kalau perlu didukung dengan fakta atau alasan yang rasional (mendasar). Oleh karena itu, berbaik sangka adalah suatu jawaban yang bijaksana sebagai seorang yang berakhlak mulia. Allah SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak menegetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)


  1. Bersikap realistis dan Proposional
Hidup sederhana adalah hidupnya orang realistis dan proposional, artinya menyelaraskan antara kebutuhan atau keinginan dengan kemampuan secara proposional. Ada pepatah yang mengatakan: “Jangan lebih besar pasak daripada tiang”. Bersikaplah yang sedang-sedang saja, tidak boros dan juga tidak kikir.

“Jangan hitung anak ayam anda sebelum menetas”. Hal ini artinya agar kita berhati-hati dalam segala sesuatu yang belum pasti terjadi. Demikian halnya dengan membuat suatu keputusan dalam hidup.

  1. Gigih Berusaha
Hidup sederhana adalah hidupnya orang gigih berusaha. Ia dapat meletakkan usahanya pada tempat sebagaimana mestinya. Bukan sebagaimana disinyalir oleh kebanyakan orang, kesederhanaan, identik dengan kurangnya spirit atau usaha. Artinya bahwa ketika berusaha hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penghipnotis kondang, Master Silfer: “Hiduplah setiap hari, meskipun hari itu hari yang terakhir.”

Jadi, dalam kesederhanaan memang tidak sesederhana dan semudah yang dibayangkan orang. Kendatipun demikian, setidaknya sebagai upaya mengantarkan kita dalam mewujudkan keluarga yang bahagia di duni dan akhirat.

Ust. Kuspriyanto, S.IP
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...