Pages

Ads 468x60px

Jumat, 11 Oktober 2013

Kejar Impian



 Sewaktu kecil, kita pasti sering ditanya, “Nak, kalo udah gedhe mau jadi apa?” Sebuah pertanyaan sederhana yang secara gak langsung merefleksikan sebuah cita-cita. Terus jawabannya pun beragam, ada yang pengen jadi dokter, tentara, polisi, pilot, astronot, dll. Cita-cita merupakan sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang atau bisa pula disebut impian. Impian untuk perbaikan dan kesuksesan dalam hidup di masa mendatang, yang lebih baik dari masa sekarang.

Kata orang, sebuah kenyataan sering bermula dari impian. Percaya gak? Misalnya aja, Jules Verne, seorang penulis terkenal yang kemudian dinobatkan sebagai bapak fiksi ilmiah. Dulu ia sering bermimpi tentang semua hal (baca: menghayal). Semua khayalan atau impian itu, ia tuangkan dalam sebuah tulisan. Dari tulisan-tulisan itu lahirlah beberapa novel seperti 20.000 Mil di Bawah Laut, Mengelilingi Dunia dalam 80 Hari, Perjalanan ke Bulan, dll.
Dalam novel 20.000 Mil di Bawah Laut, Verne memproyeksikan penggunaan kapal selam sebelum ditemuka oleh manusia dan memprediksi penggunaan listrik sebagai sumber tenaga , seratus tahun sebelum listrik itu sendiri ditemukan. Dan dalam novel Perjalanan ke Bulan, Verne juga memprediksi usaha manusia untuk melakukan perjalanan ke bulan sebelum adanya misi Apollo dilaksanakan.
Ada juga seorang astronom Prancis, Camille Flammarion, telah menulis novel yang berjudul Lumen tentang perjalanan yang lebih cepat dari cahaya, tiga puluh tahun sebelum Einstein mengemukakan postulatnya tentang relativitas.
Demikian juga, seperti yang diceritakan Eliza V. Handayani dalam sebuah buku. Awalnya semua impian itu dianggap mustahil oleh orang-orang. Tapi dengan berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, impian itu benar-benar terwujud. Apa kuncinya? Jangan berhenti untuk bermimpi, apapun itu! Sesuatu yang besar kadangkala bermula dari impian yang besar pula.
Hasil penemuan penting menyatakan bahwa 75% dari para ilmuwan menghasilkan penemuannya tidak pada saat sedang aktif melakukan penelitian. Descartes, seorang ahli matematika dan filsuf terkenal dari Prancis, mengatakan bahwa penemuan-penemuan terbesarnya merupakan hasil perenungan saat ia terbaring di tempat tidur pagi hari. Tuh kan...
Akhirnya setelah kita punya mimpi, kejarlah mimpi itu hingga tercapai dengan penuh dorongan semangat. Walter Elias Disney, seorang pendiri animasi terkenal, pernah mengatakan, “If you can dream it, you can do it.”  Bergeraklah untuk segera mewujudkannya karena sebuah mimpi tanpa realisasi menjadi gak berarti. Artinya, mimpi kita kosong, mimpi kita jadi gak berarti alias buang-buang energi aja.
Memiliki mimpi atau cita-cita berarti memiliki sebuah motivasi yang kuat. Kita akan senantiasa melakukan apa aja yang harus dilakukan untuk mengejar cita-cita tersebut. Kita juga akan terbiasa bekerja keras, mengatur dan memanajemen waktu kita untuk tujuan tersebut. Implikasinya, semua aktivitas kita jadi terprogram dengan baik.
Sebaliknya, gak memiliki cita-cita berarti mempersiapkan sebuah kegagalan. Hidup jadi terasa membosankan karena gak ada yang bisa dilakukan. Waktu menjadi terbuang percuma dan batin akan tersiksa. Pikiran menjadi kacau dan selalu gelisah. Merasa diri hina dan gak berguna. Pokonya, gak enak banget. John Ruskin pernah ngomong, “Pikiran hanya bisa disehatkan dengan beekerja dan hanya dengan piiran yang sehat kita bisa membuat kerja menjadi lebih menyenangkan.” Bekerja berarti memiliki cita-cita dan memiliki sebuah impian.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang datang dari lubuk hati terdalam, bukan karena bentuk paksaan orang lain atau sekedar ikut-ikutan. Impian setiap orang kan berbeda-beda. Jadi, mengapa harus mengikuti kata hati orang? Bukankah mengerjakan sesuatu yang kita sukai lebih asyik dan lebih menyenangkan? Lagi pula, semua impian itu kita sendiri yang menjalaninya kan?
Impian yang menyenangkan dan datang dari lubuk hati sendiri biasanya lebih cepat terwujud. Walaupun berbagai rintangan menghadang, dia akan tetap menjalaninya dengan penuh kesenangan karena didukung dengan semangat yang tinggi untuk meraihnya.
Akhirnya, apapun cita-cita atau impian kita, hendaknya harus dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, orang lain, dan yang lebih utama kepada Allah SWT.
Cara yang kita lakukan dalam mengejar cita-cita itu pun harus benar-benar baik, gak menghalalkan segala cara seperti prinsipnya Machiavelli. Bukankah orang yang paling baik adalah orang yang bermanfaa, bukan cuma buat dirinya sendiri, tetapi juga buat orang-orang di sekitarnya?! Dan itu termasuk salah satu cita-cita, yakni menjadi orang yang selalu bermanfaat.


Atoirahman, Ibnu. 2006. Hidup Tanpa Masalah. Bandung: Dar! Mizan
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...